KONSEKUENLAH

Orang Hizbut Tahrir yang mengkritik politisi muslim yang masuk dalam sistem politik demokrasi, selalu dikatakan, "Sudahlah, tidak usah mengurusi orang lain. Urus saja perjuanganmu sendiri." Atau, dengan kalimat seperti ini, "Ya, kalau Anda mengharamkan, silahkan. Tapi jangan ganggu kami. Jangan ngerecoki kami." Jika dipahami lebih dalam, ada keanehan di sini.

KONSEKUENSI PERTAMA, Ketika seseorang sudah menyatakan kepada dirinya bahwa "demokrasi itu haram karena merupakan sistem kufur", maka sudah menjadi konsekuensi bagi dirinya untuk membongkar keburukan-keburukan demokrasi, mengkritiknya, dan mengajak orang lain untuk bersama-sama menolak demokrasi. Tidak hanya itu, orang yang seperti ini juga harus mengajak orang yang diajaknya itu untuk bersama-sama secara aktif membongkar keburukan demokrasi. Setelah itu, orang yang diajak itu tentu juga harus mengajak orang lain untuk melakukan hal serupa.

Mengapa?

Sebab, ini adalah sebuah konsekuensi dari pernyataan "demokrasi itu haram karena merupakan sistem kufur". Jika seseorang sudah menyatakan demikian, itu artinya, dia harus menyelamatkan orang lain agar tidak mengadopsi atau mengambil demokrasi. Ini harus dilakukan sebagai konsekuensi dari pernyataan tersebut.

Justru menjadi sangat aneh, jika ada orang yang sudah menyatakan "demokrasi itu haram karena merupakan sistem kufur" tetapi dia malah diam saja dan tidak berbuat apa-apa. Atau, ketika dia menyatakan "demokrasi itu haram karena merupakan sistem kufur", tetapi dia sama sekali tidak pernah mengkritik atau membongkar keburukan demokrasi. Jika ada orang yang mengadopsi demokrasi, malah dikatakan olehnya "biarkan saja dia dengan pendapatnya". Ini aneh. Bukankah itu sama artinya dia menjerumuskan orang lain ke dalam keharaman dan kekufuran?

Oleh karena itu, konsekuensi pertama ini harus disadari betul bahwa memang beginilah seharusnya. Inilah konsekuensi dari menyatakan "demokrasi itu haram karena merupakan sistem kufur".

Kalau memang akhirnya tidak sepakat dengan konsep "mengkritisi demokrasi dan pelakunya", ngapain sejak awal menyatakan "demokrasi itu haram karena merupakan sistem kufur"?

KONSEKUENSI KEDUA, Konsekuensi kedua adalah bahwa ketika seseorang yang mengadopsi pemahaman demokrasi, tentu dia akan ikut dikritisi pula. Ini sudah menjadi konsekuensi. Sekalipun demokrasi it adalah "ide" tetapi para politisi ini adalah "pelakunya". Maka, ketika kita mengkritisi pemikiran demokrasi, sudah pasti kita akan berhadapan dengan pelakunya. Sebab, bagaimana bisa dikatakan "silahkan mengkritik demokrasi, tetapi jangan mengkritik pelakunga". Bagaimana bisa dikatakan demikian? Jadi, sekali lagi, ini merupakan sebuah konsekuensi.

Kalau memang sejak awal tidak mau ikut dikritik, ngapain "ikut dalam demokrasi"?

KONSEKUENSI KETIGA, Ketika seorang muslim sudah menyatakan "saya sepakat dengan sistem khilafah", maka ketika ada pihak yang memperjuangkannya, dia harus mendukungnya. Ya, mungkin memang sekedar mendukung, sekalipun jalan yang ditempuh berbeda. Itu perlu kita sadari bersama. Tetapi ketika seseorang sudah menyatakan demikian "saya sepakat dengan sistem khilafah", maka selayaknya dia mendukungnya. Seandainya dikatakan bahwa pihak yang paling siap dengan tegaknya khilafah adalah Hizbut Tahrir, maka selayaknya orang yang sudah mengatakan "saya sepakat dengan sistem khilafah", maka dia akan mendukung Hizbut Tahrir. Apalagi di tengah kondisi seperti ini.

Mungkin saja ada orang yang memang sepakat dengan sistem khilafah, tetapi dia sendiri tidak memiliki gambaran tentang konsep sistem khilafah. Dalam kondisi ini, hendaknya dia benar-benar bisa memahami bahwa yang memiliki gambaran tentang persoalan ini memang hanya (misalnya) Hizbut Tahrir. Tetapi rupanya hal ini kurang bisa dipahami masyarakat.

Mengaku "sepakat dengan sistem khilafah", namun tidak mampu memberikan gambaran soal konsep sistem kekhilafahan, dan ketika ada orang lain yang mampu mendeskripsikannya, seharusnya (konsekuensinya), dia menerima.

Tapi sayang, entah karena faktor apa, banyak juga yang mengaku "sepakat dengan sistem khilafah", namun tidak mampu memberikan gambaran soal konsep sistem kekhilafahan, dan ketika ada orang lain yang mampu mendeskripsikannya, eh dia malah mencela orang yang mampu mendeskripsikan konsep khilafah tersebut. Sangat disayangkan.

Kalau memang akhirnya menolak, ngapain mengatakan "saya sepakat dengan sistem khilafah"?

KONSEKUENSI KEEMPAT, Ternyata memang ada, orang yang memang pada awalnya mengatakan "saya sepakat dengan sistem khilafah", tetapi di akhirnya dia justru menentang habis-habisan sistem khilafah. Seharusnya sikap "menolak dan menentang sistem khilafah" (ala siapa pun itu), hanya bisa berlaku untuk orang-orang yang memang sejak awal menolak sistem khilafah. Artinya, konsekuensi dari "menolak dan menentang sistem khilafah" adalah "menjelek-jelekkan sistem khilafah dan membongkar keburukan-keburukan sistem khlafah" sebagaimana yang dilakukan Gerombolan Kacung Liberal. Ini konsekuensinya. Jadi, sangat mengherankan, jika ada orang yang mengaku "saya sepakat dengan sistem khilafah" tetapi di akhirnya malah "menolak dan menentang sistem khilafah". Aneh sekali.

Jika memang di akhirnya "menolak dan menentang sistem khilafah" dan "menjelek-jelekkan sistem khilafah dan membongkar keburukan-keburukan sistem khlafah", lantas ngapain sejak awal menyatakan "saya sepakat dengan sistem khilafah"?

Comments

Popular Posts