Obrolan harga naik BBM

oleh : Ust. Agus Trisa

Ngobrol dengan kontakan. Perlu diketauhi semua, kontakan ini seorang Pancasilais sejati.. Tidak sepakat dan cenderung menentang ide-ide hizbut tahrir. Tapi dalam persoalan aktivitas, dia salut dengan hizbut tahrir. dikatakan olehnya: hizbut tahrir itu radikal tapi damai. Kontakan ini kurang paham agama, dari masyarakat awam. Tapi sangat intens dengan persoalan politik. Kira-kira percakapannya seperti ini.

SYABAB:
"Gimana pak tanggapannya soal kenaikan harga BBM?"

KONTAKAN:
"Jika akal manusia sehat, pasti akan menolak. Manusia itu selalu punya alasan untuk menjaga kepentingannya, terlepas dari subjektivitasnya. Tapi akan selalu ada alasan untuk menolak. Nah, salah satu alasan itu adalah kepentingan materi. Maka, jika materinya habis secara tidak wajar, maka manusia tidak akan terima. Apalagi jika materi atau duitnya habis gara-gara harga BBM naik. Wajar jika manusia berontak untuk menolak. Siapa sih yang tidak kena dampak kenaikan harga BBM? Semua akan kena. Justru aneh kalau mereka tidak menolak. Lha wong materi mereka berkurang karena kenaikan harga BBM itu. Kecuali mereka yang diuntungkan dengan adanya kebijakan ini. Bahkan orang kaya pun, kalau ditanya, pasti juga akan menolak kok."

SYABAB:
"Kalau terkait dengan Hizbut Tahrir sendiri, gimana tanggapannya? Sebab, Hizbut Tahrir termasuk elemen Islam yang gencar menolak kebijakan ini."

KONTAKAN:
"Jujur saya memang nggak sepakat sepenuhnya dengan Hizbut Tahrir, terutama dalam konteks pemerintahan. Tapi saya juga mengakui mas, ormas Islam yang paling paham persoalan rakyat itu ya hanya Hizbut Tahrir. Sampai saat ini nggak pernah saya liat ormas Islam bicara soal politik. Paling banter, soal demokrasi (apakah halal atau haram), kebijakan negara terhadap aliran sesat, Obama datang ke Indonesia, jihad ke Rohingya atau Gaza, Pancasila itu thaghut atau bukan, dan yang sejenisnya. Itu semua ormas Islam sangat getol bersuara. Tapi soal minyak, korupsi, penyelewengan APBN, dan sebagainya, hanya Hizbut Tahrir yang paham. Dilihat dari sifatnya yang seperti itu, Hizbut Tahrir memang layak untuk jadi pemimpin. Terlepas dari apakah saya setuju atau tidak lho ya.. Tapi dengan karakter Hizbut Tahrir yang kayak gitu, ya bisa lah Hizbut Tahrir itu jadi pemimpin. Justru kalau ormas yang lain jadi pemimpin, ya saya malah pesimis."

SYABAB:
"Nah, kalau sudah begitu kenapa tidak langsung mengkaji pemikiran-pemikiran Hizbut Tahrir saja pak?"

KONTAKAN:
"Wah, kalau bergabung nanti dulu. Ada yang tidak saya sepakati dari Hizbut Tahrir. Yaitu soal sistem pemerintahan yang diusung Hizbut Tahrir. Bagi saya NKRI itu harga mati. Sebab, itu cita-cita para pendiri bangsa. Kita harus bisa menghargai para pendahulu kita."

SYABAB:
"Kalau begitu, apa pesan untuk Hizbut Tahrir pak?"

KONTAKAN:
"Begini mas, saya kasih tahu. Organisasi apa pun, akan tetap ditolerir selama dia bergerak di ranah nonpolitis. Jadi, kalau misalkan saat ini Hizbut Tahrir cuma bicara soal salat, puasa, tahlilan, jilbab wajib, bid'ah atau tidak, dan yang sejenisnya, itu tidak akan membuat Hizbut Tahrir dinilai sebagai ancaman. Tapi kalau Hizbut Tahrir tetap dalam ide-idenya seperti ini (bergerak di ranah politik-red.) ya bersiap-siaplah Hizbut Tahrir akan berhadapan dengan penguasa, paling tidak rakyat yang pro penguasa. Justru saya sendiri malah cenderung menyebut Hizbut Tahrir itu bukan ormas, tetapi partai politik non-parlemen."

SYABAB:
"Apakah ancaman itu juga bisa datang dari Anda pak...? Hehehehe..."

KONTAKAN:
"Hahaha... bisa saja kamu ini mas.."

================================================

Khusus untuk komentar terakhir, hal itu menunjukkan bahwa dakwah politik memang sebuah dakwah yang dinilai “membahayakan”. Dulu, sewaktu Rasulullah saw. hanya dianggap membawa “agama baru”, sikap yang ditunjukkan masyarakat Quraisy biasa-biasa saja. Bagi mereka (masyarakat Quraisy), ada orang yang membawa agama baru, itu tidak akan dianggap menjadi semata-mata ancaman, sebagaimana terlihat dalam sikap mereka kepada Rasulullah saw. ketika beliau lewat di dalam majelis mereka. Mereka hanya mengatakan, “Inilah putra Abdul Muthallib yang biasa membicarakan sesuatu dari langit.” Sikap seperti itu terus berlangsung demikian. Namun, setelah dakwahnya berjalan dalam waktu yang belum terlalu panjang, mereka mulai menyadari bahaya dakwah tersebut dan sepakat untuk menentang, memusuhi, dan memeranginya. Sebab, mereka menyadari bahwa Rasulullah saw. datang bukan hanya semata-mata membawa agama baru yang bakal mewarnai beragamnya agama di kalangan masyarakat Quraisy. Tetapi Muhammad datang karena ada maksud-maksud politis yang tersembunyi. Yaitu karena Muhammad menginginkan agar Islam tegak, berkuasa, dan mengganti seluruh sistem jahiliyah yang ada. Maka, perlawanan orang Quraisy pun mulai kian tampak. Nah, inilah konsekuensi dari sebuah aktivitas dakwah politik.

Comments

Popular Posts